Total Pageviews

Thursday, May 1, 2008

Memperkenalkan Makanan Pada Bayi

Oleh: Elvira Syamsir, 2007
(Saduran bebas dari Food for Babies oleh Darlene Pohlman dan Alice Henneman, 2003)

Bayi sangat membutuhkan nutrisi yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan pertama dan utama bayi pada enam bulan pertama kehidupannya. Tidak ada formula makanan yang bisa memberi sistim proteksi imunologis sebaik kolostrum, yang terdapat di dalam ASI terutama di masa-masa awal kelahiran. Sehingga, jika bayi tidak mungkin mengkonsumsi ASI untuk jangka waktu lama, para ibu sebaiknya tetap mengupayakan agar bayi tetap bisa mengkonsumsi ASI pada beberapa minggu awal kelahirannya. Jika pemberian ASI dengan terpaksa tidak bisa diteruskan, maka susu formula untuk bayi merupakan alternatif pengganti terbaik.
 
ASI atau susu formula khusus bayi merupakan satu-satunya sumber makanan bayi selama 4 – 6 bulan awal kelahirannya dan hendaknya tetap menjadi makanan pokok bayi sebelum usianya mencapai satu tahun. Jika anda memberikan susu formula, pastikan botol susu dalam kondisi bersih dan menggunakan air bersih matang untuk membuat susu agar tidak menyebabkan gangguan kesehatan pada bayi.

Kapan memberikan Makanan padat?

Kapan waktu yang tepat untuk memperkenalkan makanan semi padat (bubur) atau padat kepada bayi, akan sangat tergantung pada perkembangan bayi anda. Beberapa tanda awal yang dapat digunakan sebagai indikator untuk melihat kesiapan bayi mengkonsumsi makanan padatnya adalah sebagai berikut:
  • Berat badan bayi naik menjadi dua kali berat badan lahir
  • Bayi sudah bisa duduk dan mengontrol kepalanya
  • Bayi bisa mengontrol gerakan tubuhnya untuk menerima atau menolak makanan
  • Lidah bayi tidak mengeluarkan makanan yang diberikan
Tetapi, tidak dianjurkan untuk memperkenalkan makanan semi-padat dan atau padat pada bayi berumur 4 – 6 bulan karena sistim pencernaan mereka belum siap menerima makanan ini. Masalah yang mungkin terjadi jika bayi mengkonsumsi makanan padat terlalu awal mulai dari tersedak sampai alergi makanan. Kondisi ini, secara psikologis bisa menyebabkan bayi atau anda sendiri menjadi stress.

perlakukan bayi sebagai bayi

Belajar makan untuk pertama kali merupakan peristiwa besar bagi seorang bayi. Sehingga, perkenalan ini hendaknya dilakukan pada saat bayi berada dalam kondisi gembira. Suapi bayi dalam kondisi santai, tidak terburu-buru, sehingga buah hati anda bisa menikmatinya makanannya tanpa menjadi stress.

Bayi bukan orang dewasa, jadi perlakukan bayi anda sebagai bayi. Gunakan sendok khusus bayi, untuk menyuapinya. Menggunakan sendok khusus bayi yang berlapis plastik akan melindungi gusi bayi dari kemungkinan lecet terkena sendok. Jangan menggunakan botol atau infant feeder untuk menyuapkan makanan semi padat seperti bubur sereal karena akan memperbesar resiko bayi anda tersedak atau makan berlebihan.

Perkenalkan hanya satu makanan pada satu waktu. Tunggu satu minggu sebelum memperkenalkan makanan yang lain dan cermati apakah bayi menunjukkan reaksi alergi seperti muntah, diare, cegukan atau ruam kulit. Jika anda hanya memberikan satu jenis makanan pada satu waktu dan tidak terjadi reaksi penolakan apapun, maka anda bisa meneruskan pemberian makanan tersebut dan tidak perlu khawatir akan terjadi alergi. Jika bayi menolak makanan barunya, jangan paksa dia. Ulangi lagi pada hari berikutnya. Jika bayi masih tidak mau, tunda 2 – 3 minggu sebelum anda mencoba lagi untuk memperkenalkan makanan tersebut kepadanya.

Untuk menjaga kesehatan bayi anda, maka jangan simpan makanan sisa untuk diberikan kembali pada bayi anda. Buang sisa makanan yang tidak dihabiskan si buah hati, karena makanan sisa bisa menjadi tempat tumbuh yang sangat digemari oleh bakteri patogen penyebab penyakit. Jadi, agar anda tidak terlalu membuang-buang makanan, siapkan makanan bayi dalam jumlah atau porsi yang sesuai untuknya.

makanan padat pertama

Makanan padat bayi yang pertama adalah makanan pengganti ASI (MP-ASI) seperti tepung sereal atau biskuit bayi yang dilarutkan dengan susu atau air. Mulailah dengan bubur beras yang efek alerginya paling minimal. Setelah bayi bisa mengkonsumsi bubur berasnya selama satu minggu, anda bisa memperkenalkan makanan semi padat lainnya pada bayi misalnya bubur kacang hijau atau bubur gandum.

Perkenalkan bayi pada makanan encer yang kemudian secara bertahap kekentalannya bisa ditingkatkan, tergantung pada kesiapan bayi. Gunakan susu formula khusus bayi untuk mengencerkan atau melarutkan makanan padat. Jangan menggunakan susu sapi, susu formula yang tidak dibuat khusus untuk bayi, ataupun santan, karena sistim pencernaan bayi (umur kurang dari 1 tahun) belum sanggup mencernanya dengan baik. Jika formula MP-ASI sudah mengandung susu, maka makanan ini bisa diencerkan dengan menggunakan air hangat atau air panas tergantung pada cara penyajian yang dapat dibaca pada kemasannya.

Pelajari pula tanda-tanda yang ditunjukkan bayi anda jika dia sudah kenyang seperti mulai bermain, mendorong sendok yang disodorkan kepadanya atau menggeleng-gelengkan kepalanya. Belajarlah menghargai bayi anda dan jangan memaksa dia menghabiskan makanannya.

Sayuran, buah dan daging dapat diperkenalkan pada bayi setelah si kecil bisa menikmati bubur serealnya. Seperti halnya sereal, perkenalkan hanya satu jenis sayur atau buah pada satu waktu dan selalu cermati kemungkinan timbulnya alergi makanan. Mulailah dengan memperkenalkan sayuran dengan flavor (aroma) yang tidak terlalu tajam seperti wortel dan kemudian tambahkan buah seperti apel, jeruk, pepaya dan pisang. Setelah bayi terbiasa dengan beberapa jenis sayuran, anda bisa menggunakan variasi dua jenis 2 jenis sayur per-hari untuk variasi makanan dan nutrisi tambahan bagi bayi anda. Makanan yang mengandung nitrat seperti bayam sebaiknya diperkenalkan setelah bayi berusia setahun. Sayuran sebaiknya diperkenalkan pertama kali sebelum buah, karena jika dimulai dengan buah yang memiliki rasa manis dapat menyebabkan beberapa jenis sayuran menjadi tidak menarik bagi sang bayi.

Daging diperkenalkan setelah bayi ’berkenalan’ dengan sayur dan buah. Seperti sebelumnya, perkenalkan hanya satu jenis olahan daging pada satu kali penyajian dan perhatikan ada tidaknya reaksi alergi. Kuning telur (harus sudah dimasak) diperkenalkan kepada bayi setelah bayi bisa menerima daging. Resiko alergi biasanya lebih tinggi jika bayi mengkonsumsi putih telur sehingga, putih telur sebaiknya diperkenalkan setelah bayi berumur satu tahun.

Ketika bayi berusia 6 – 7 bulan, mereka biasanya sangat menyukai makanan camilan yang bisa mereka genggam. Anda bisa memberikan bayi anda biskuit susu, crackers, buah atau sayuran (yang sudah dimasak). Hindari memberikan camilan dengan kandungan gula, garam dan MSG yang tinggi, atau yang teksturnya keras untuk menghindari bayi anda tersedak atau tercekik.

Respon alergi yang disebabkan oleh makanan

Beberapa gejala alergi yang mungkin terjadi setelah bayi mengkonsumsi menu barunya adalah sebagai berikut:
  • Gangguan di saluran pencernaan, seperti muntah, diare, kembung atau kentut terus-menerus.
  • Masalah kulit seperti timbulnya rasa gatal, kulit bengkak atau berbintik merah atau mengalami ruam kulit
  • Gangguan pernapasan seperti napas sesak, batuk atau napasnya berbunyi.
Jika bayi menunjukkan gejala alergi terhadap suatu jenis makanan, stop pemberian makanan ersebut pada anak dan konsultasikan segera masalah ini dengan dokter anak. Beberapa makanan tertentu memiliki peluang lebih besar untuk menyebabkan alergi pada bayi, diantaranya susu sapi, telur, kacang dan olahannya termasuk mentega kacang, terigu, jagung, dan makanan laut (seafood).

Untuk bayi yang beresiko mengalami alergi makanan, sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi ASI selama mungkin karena tidak menimbulkan alergi. Jika menggunakan susu formula, pilihlah susu dengan komponen penyusun yang meminimalkan resiko alergi. Hal ini dapat ditanyakan ke dokter anak atau dokter keluarga anda.

Jangan beri makanan padat dalam jumlah besar pada bayi anda. Semakin lama waktu penundaan pemberian makanan makanan padat pada bayi, akan makin banyak waktu yang tersedia untuk membentuk sistim imun pada bayi. Sistim imun yang baik ini akan membantu meminimalkan resiko alergi bayi terhadap beberapa jenis protein pangan tertentu. Dan yang terpenting, catat atau ingat selalu reaksi bayi anda terhadap setiap jenis makanan padat yang diberikan kepadanya.

Membuat Makanan Bayi Sendiri

Walaupun banyak produk makanan bayi yang beredar di pasaran, masih banyak orang tua yang lebih suka membuat sendiri makanan bayinya. Berikut beberapa hal yang harus diingat jika membuat sendiri makanan untuk si buah hati:
  • Selalu menjaga kebersihan selama menangani, mengolah dan menyimpan makanan
  • Menggunakan bahan baku yang mutunya baik. Bisa digunakan dalam bentuk segar atau beku
  • Memasak dengan cara mengukus akan mempertahankan nutrisi jauh lebih baik dibandingkan dengan cara merebus. Dan sebaiknya makanan tidak diolah dengan cara digoreng.
  • Pemasakan dengan microwave oven merupakan metode pengolahan yang baik, terutama untuk sayuran karena makanan bisa dimasak dalam sedikit air.
  • Jangan menambahkan garam, gula ataupun bumbu lainnya kedalam makanan bayi
  • Jangan memberikan madu atau syrup jagung (corn syrup) pada bayi yang berusia kurang dari satu tahun karena madu atau sirup jagung mungkin mengandung spora Clostridium botulinum. Spora ini walaupun tidak menyebabkan sakit pada orang dewasa, dapat menyebabkan bayi menjadi sakit.
  • Buah diberikan dalam bentuk bubur buah. Jangan lupa untuk mencuci bersih dan mengupas kulit luarnya.
  • Setelah selesai dimasak, makanan hendaknya disimpan dalam wadah bersih tertutup di dalam refrigerator atau freezer. Jika suhu refrigerator anda maksimal 10°C, anda bisa menyimpan makanan tersebut selama 1-2 hari. Jika makanan disimpan di freezer, maka dalam kondisi beku makanan bisa disimpan sampai dua bulan. Jangan lupa untuk memanaskan makanan tersebut sebelum memberikannya kepada buah hati anda!