Oleh: Elvira Syamsir
Bencana alam yang terus-menerus terjadi belakangan ini menyebabkan banyak orang mengungsi atau tinggal di tempat-tempat darurat. Dalam beberapa kondisi, kejadian bencana menyebabkan rusaknya sarana dan prasarana sosial di lokasi bencana yang memutus akses korban terhadap ketersediaan air bersih dan bahan bakar (api, sumber energi) sehingga korban mengalami kesulitan untuk memperoleh kebutuhan pangannya. Disamping itu, kerusakan infrastruktur yang terjadi juga menyebabkan pemberian bantuan pangan ke lokasi menjadi sulit. Semua kondisi ini membuat tingginya kebutuhan terhadap bantuan pangan untuk korban bencana, terutama pangan darurat yang dapat langsung dikonsumsi dan memenuhi kebutuhan nutrisi korban dalam masa panik (beberapa hari pasca bencana sebelum dapur umum dapat beroperasi secara baik), serta mudah dikirimkan ke lokasi bencana.
Sayang sekali, bantuan pangan untuk korban bencana alam sampai saat ini masih belum mendapat perhatian yang serius dari berbagai pihak. Solusi untuk mengatasi masalah rawan pangan termasuk kondisi tanggap darurat sampai saat ini masih mengacu pada penyediaan beras dan mie instant sebagai cadangan pangan. Dalam kondisi dimana korban mengalami kesulitan untuk mendapatkan air bersih, bahan bakar dan peralatan masak maka bantuan pangan dalam bentuk beras atau mie instant seringkali tidak dapat mengatasi kekurangan pangan secara cepat. Pada kondisi ini, pemberian beras dan mie instant bisa jadi memicu rasa kesal dan putus asa seperti yang terekam dalam keluhan korban melalui media massa bahwa mereka membutuhkan makanan yang dapat dikonsumsi langsung.
Berkaca dari pengalaman dimasa laul dan saat ini, dimasa depan kita perlu mengembangkan dan menyiapkan stock pangan dalam bentuk produk pangan darurat (emergency foods) siap santap yang dapat langsung dikonsumsi. Produk tersebut hendaknya tidak sekedar menjadi pengganjal perut, tetapi juga memiliki kemampuan untuk menjadi pengganti fungsi sarapan dan makan dalam arti mampu memberi energi dalam jumlah yang cukup.
A. Pangan Darurat
Secara umum, pangan darurat dapat didefinisikan sebagai produk pangan olahan yang dirancang khusus untuk dikonsumsi pada situasi yang tidak normal seperti banjir, longsor, gempa bumi, musim kelaparan, kebakaran, peperangan dan kejadian lain yang mengakibatkan manusia tidak dapat hidup secara normal Sejatinya, produk ini memang tidak umum dikonsumsi pada keadaan normal karena selain komposisinya yang khusus, juga harganya relatif mahal untuk dikonsumsi sebagai makanan harian. Pangan darurat sendiri dapat dikelompokkan dalam dua bagian yaitu produk pangan yang dirancang untuk kondisi dimana air bersih dan bahan bakar untuk memasak masih tersedia, dan produk pangan yang dirancang untuk menghadapi situasi dimana air bersih tidak tersedia dan tidak bisa memasak. Pangan darurat untuk korban bencana, terutama yang bersifat siap santap, sampai saat ini belum dikembangkan di Indonesia tetapi sudah banyak berkembang untuk kepentingan tentara di lapangan.
Produk pangan darurat siap santap diformulasi sedemikian rupa sehingga bisa memberikan asupan energi harian (sekitar 2100 kalo untuk orang dewasa). Selain itu, ada lima karakteristik lainnya yang juga harus dipenuhi oleh suatu produk pangan darurat siap santap yaitu aman dikonsumsi dengan warna, bau, aroma, tekstur dan penampakan yang dapat diterima, kemudahan dalam pendistribusian dan kemudahan dalam penggunaan, dan memiliki kandungan nutrisi yang lengkap. Pemberian produk ini dilakukan bersama-sama dengan pemberian air minum untuk menurunkan tekanan osmotik yang diberikan karena mengkonsumsi pangan berkalori tinggi ini. Pemberian produk ini bermanfaat untuk mempertahankan kehidupan sampai isolasi daerah dapat dibuka atau ketika kehidupan normal telah berlangsung.
Agar dapat berfungsi sebagai stok pangan darurat maka produk pangan darurat hendaknya memiliki umur simpan yang panjang jika disimpan di suhu ruang. Dengan pertimbangan umur simpan yang panjang ini, maka produk yang paling potensial untuk dikembangkan adalah produk pangan olahan kering (sejenis biskuit kempa) dan produk pangan kalengan. Tetapi, jika dilihat dari kemudahan pada saat pendistribusian dalam kaitannya dengan kemasan produk, maka produk pangan olahan kering menjadi lebih berpeluang untuk dikembangkan.
B. PENGEMBANGAN PRODUK PANGAN DARURAT BERBASIS LOKAL
Penyediaan stock produk pangan darurat siap santap tidak selalu harus dipikul oleh pemerintah pusat. Produk ini juga dapat dikembangkan dan diproduksi oleh daerah, untuk meningkatkan ketahanan pangan didaerahnya dalam menghadapi situasi darurat karena bencana.
Pembuatan produk dapat dilakukan oleh pemerintah daerah dengan menggunakan bahan baku lokal yang ada di daerahnya, atau mereformulasi produk pangan yang ada dan disukai oleh masyarakatnya sehingga komposisi gizinya mampu memenuhi kebutuhan energi harian. Sehingga, produk pangan darurat siap santap tersebut dapat diproduksi oleh industri lokal dengan sedikit modifikasi proses. Kondisi ini berarti turut memberdayakan industri dan masyarakat setempat.
Apa saja produk pangan lokal yang dapat direformulasi sebagai produk pangan darurat siap santap? Sesungguhnya ada banyak sekali jenis produk lokal yang berpeluang besar untuk dikembangkan sebagai produk pangan darurat siap santap. Untuk produk kering, maka contoh produk lokal yang dapat direformulasi ulang adalah kue satu, kue sagon dan kue sagu. Produk-produk ini dapat dengan mudah kita temui di banyak daerah di Indonesia. Ciri khas dari produk ini adalah tingginya kandungan karbohidrat sementara kandungan lemak dan protein tidak memadai. Hal ini berdampak pada kurangnya nilai energi yang dapat diberikan oleh produk. Agar produk ini dapat menjelma menjadi produk pangan darurat siap santap, perlu dilakukan reformulasi ulang dengan modifikasi penambahan sumber lemak dan protein sehingga produk dapat memenuhi kebutuhan energi harian minimal sebesar 2100 Kal. Saat ini penelitian yang dilakukan telah berhasil mengembangkan produk pangan darurat siap santap dengan melakukan modifikasi resep (formula) dan teknologi proses kue satu dan kue sagu. Teknologi proses didisain untuk dapat dilakukan oleh industri kecil, sehingga dapat mengoptimalkan peran industri kue satu ataupun kue sagu.
Beberapa jenis produk lain dapat dikembangkan menjadi produk pangan darurat siap santap, tetapi dengan beberapa kelemahan dibandingkan dengan produk kering. Produk pangan semi basah seperti dodol dan produk sejenis dodol juga dapat dikembangkan menjadi produk pangan darurat. Sama seperti halnya dengan kue satu, maka produk ini harus diformulasi ulang sehingga target pemenuhan energi harian sebesar minimal 2100 Kal dapat terpenuhi. Tetapi, berbeda halnya dengan kue satu, produk sejenis dodol barangkali tidak dapat dijadikan stok dalam jumlah besar, karena umur simpannya relatif lebih singkat (hanya beberapa bulan jika disimpan di suhu ruang).
Untuk masyarakat kita yang masih lebih suka mengkonsumsi nasi, maka pengembangan pangan darurat dalam bentuk makanan nasi plus lauk-pauknya yang dikemas didalam kaleng cukup menarik untuk dikembangkan. Produk kalengan ini juga menjanjikan umur simpan yang relatif lama. Hanya saja, masalah akan timbul jika produk akan didistribusikan lewat jalur udara.
Akhirnya, setelah formula dan teknik proses tersedia, dibutuhkan keberanian pemerintah untuk merangkul industri guna mengembangkan produk pangan darurat siap santap ini. Selain itu, perlu juga upaya aktif dari semua pihak untuk mensosialisasikan keberadaan produk ini, sehingga dapat diterima keberadaannya oleh masyarakat. Siapa berminat?