Dr. Nur Aini, Staf Pengajar Jurusan Teknologi Pertanian UNSOED Purwokerto (tulisan asli dalam Kulinologi Indonesia)
Hampir
setiap daerah di Indonesia mempunyai menu khas pada saat berbuka puasa,
yang jarang ditemui pada bulan lain. Ada yang menarik dari tradisi menu
buka puasa di Purwokerto, yaitu kraca. Tahukah anda apa itu kraca?
Kraca, sebutan warga Banyumas untuk keong yang dimasak dengan beberapa
bumbu khas, mirip dengan bumbu rica-rica dan menjadi salah satu hidangan
utama warga Purwokerto saat berbuka puasa. Kandungan air yang cukup
tinggi pada masakan keong ini membuatnya terasa segar saat disantap.
Rasanya yang khas yaitu gurih dan pedas serta pekat dengan sentuhan
bumbu kuat membuat makanan ini sangat digemari, tidak saja oleh warga
Purwokerto tetapi juga oleh orang-orang yang pernah mencicipinya.
Keong yang dipergunakan sebagai bahan baku masakan ini merupakan jenis
keong hitam yang mempunyai ukuran kecil, lain dengan keong mas. Kraca
sebenarnya adalah sebutan untuk jenis keong hitam tersebut. Seiring
dengan semakin sulitnya memperoleh keong hitam, ada beberapa orang yang
mengolah keong jenis lain dan tetap disebut kraca.
Nilai gizi keong
Keong (Inggris: snail) atau yang dalam bahasa Perancis disebut
Escargot merupakan jenis hewan moluska yang ditemukan di pantai, air
tawar, dan tanah. Keong memiliki sekitar 100 spesies dan tergantung pada
jenis lokasi yang berbeda digunakan sebagai sumber makanan. Biasanya
keong yang dimakan adalah dari jenis Helix pomatia dan Helix aspersa.
Keong telah lama digunakan sebagai salah satu menu konsumsi untuk
manusia karena terkenal lezat, tidak saja di Indonesia, tetapi juga di
beberapa negara lain. Orang Perancis terkadang menyajikan keong sebagai
appetizer; sedangkan di Amerika dan Australia, keong yang mereka sebut
abalone pada umumnya dikonsumsi sebagai makanan utama, misalnya dalam
masakan Spaghetti with escargots dan Abalone in oyster sauce
Keong kaya akan protein, tetapi rendah lemak (Tabel 1) sehingga dapat
dijadikan sebagai alternative makanan tinggi protein yang rendah lemak.
Dalam seratus gram bagian yang dapat dimakan terdapat 16 g protein
sehingga apabila kita mengkonsumsi 100 g kraca, tubuh kita sudah
mendapat 32% protein dari kebutuhan sehari-hari. Protein menunjang
keberadaan setiap sel tubuh dan juga berperan dalam proses kekebalan
tubuh. Konsumsi protein hewani dalam makanan sehari-hari diperlukan oleh
tubuh disamping protein nabati.
Lemak dalam 100 g kraca terdapat dalam jumlah 1,4 g. Lemak yang terdapat dalam keong merupakan asam lemak essensial
dalam bentuk asam linoleat dan asam linolenat. Sebuah studi di Brazil
menunjukkan bahwa 75% persen lemak dalam keong merupakan asam lemak
tidak jenuh yang dapat menurunkan kadar kolesterol darah. Asam lemak
tidak jenuh tersebut 57% tersusun dari asam lemak tak jenuh ganda dan
sisanya merupakan asam lemak tak jenuh tunggal.
Kandungan vitamin pada keong cukup tinggi dengan dominasi vitamin A,
vitamin E, niacin dan folat. Vitamin A berperan dalam pembentukkan indra
penglihatan yang baik, terutama di malam hari, sebagai salah satu
komponen penyusun pigmen mata di retina serta menjaga kesehatan kulit
dan imunitas tubuh. Niacin atau vitamin B3 berperan penting dalam
metabolisme karbohidrat untuk menghasilkan energi, metabolisme lemak,
dan protein. Di dalam tubuh, vitamin B3 memiliki peranan penting dalam
menjaga kadar gula darah, tekanan darah tinggi, penyembuhan migrain, dan
vertigo. Vitamin E berperan dalam menjaga kesehatan berbagai jaringan
di dalam tubuh, mulai dari jaringan kulit, mata, sel darah merah hingga
hati. Vitamin E juga merupakan sebagai senyawa antioksidan alami. Folat
berfungsi membantu pembentukan sel darah merah, mencegah anemia, sebagai
bahan pembentukan bahan genetik sel, dan sangat esensial selama
kehamilan karena mencegah timbulnya kecacatan tabung saraf pada bayi.
Apabila kita mengkonsumsi 100 gram kraca, maka kita dapat memenuhi
kebutuhan 2% vitamin A, 23% vitamin E, 7% niacin dan 66% folat.
Mineral merupakan zat yang berperan penting pada tubuh manusia untuk
pengaturan kerja enzim-enzim, pemeliharaan keseimbangan asam-basa,
membantu pembentukan ikatan yang memerlukan mineral seperti pembentukan
haemoglobin. Kandungan mineral yang utama pada keong berupa kalsium, zat
besi, magnesium, kalium dan fosfor. Apabila kita mengkonsumsi 100 g
kraca, maka sudah memenuhi 17% kalsium dan 13,5% zat besi untuk
kebutuhan tubuh sehari-hari.
Peran utama kalsium adalah untuk pembentukan dan pemeliharaan tulang
dan gigi. Kekurangan kalsium mengakibatkan terjadinya osteoporosis
(keropos pada tulang). Zat besi mampunyai fungsi utama memproduksi
hemoglobin dan mioglobin. Zat besi yang berasal dari produk hewani atau
disebut juga sebagai besi-hem akan lebih mudah diserap oleh tubuh. Zat
besi pada keong berjumlah 3,5 mg, lebih tinggi daripada zat besi pada
daging (2,5 mg) atau ikan (2,4 mg).
Pengolahan kraca
Untuk mendapatkan kraca yang lezat perlu pengolahan yang tepat dengan waktu yang cukup lama, walaupun prosesnya tidak rumit. Pertama-tama keong dipecahkan ujung cangkangnya atau dalam bahasa Jawa disebut dithithiki (bagian belakang rumah keong dipukul hingga berlubang). Pemecahan ujung cangkang dilakukan untuk membuang kotoran yang masih terdapat pada keong serta memudahkan bumbu meresap ke tubuh keong saat proses pemasakan. Proses ini juga berfungsi untuk memudahkan kita untuk mengkonsumsi keong nantinya.
Untuk mendapatkan kraca yang lezat perlu pengolahan yang tepat dengan waktu yang cukup lama, walaupun prosesnya tidak rumit. Pertama-tama keong dipecahkan ujung cangkangnya atau dalam bahasa Jawa disebut dithithiki (bagian belakang rumah keong dipukul hingga berlubang). Pemecahan ujung cangkang dilakukan untuk membuang kotoran yang masih terdapat pada keong serta memudahkan bumbu meresap ke tubuh keong saat proses pemasakan. Proses ini juga berfungsi untuk memudahkan kita untuk mengkonsumsi keong nantinya.
Tahap selanjutnya adalah mencuci keong tersebut, minimal selama empat
kali. Pencucian bertujuan untuk menghilangkan aroma lumpur yang
biasanya menjadi tempat hidup keong. Apabila pencucian tidak sempurna,
akan terasa pahit saat dikonsumsi. Setelah pencucian, dilakukan
perendaman selama semalam untuk menghilangkan lendir yang terdapat pada
tubuh keong. Pada waktu proses perendaman tersebut dipisahkan keong yang
berkualitas jelek yang akan terapung di permukaan air perendam. Setelah
perendaman, dilakukan pencucian lagi selama empat sampai lima kali
untuk memastikan bahwa lendir dan kotoran sudah benar-benar hilang dari
tubuh keong.
Tahap pengolahan dilanjutkan dengan penyangraian bumbu-bumbu berupa
bawang merah, bawang putih, kemiri, cabe merah, cabe rawit, jahe,
kunyit, daun salam, lengkuas, dan sereh. Selain untuk menimbulkan aroma
yang enak dan menghilangkan aroma amis dari keong, bumbu-bumbu tersebut
juga berfungsi sebagai antioksidan dan beberapa fungsi yang
menguntungkan tubuh (lihat Kulinologi Indonesia edisi
5/II/2010). Setelah tercium aroma harum pada saat penyangraian, kraca
dimasukkan dan diaduk rata serta ditambahkan air dan dimasak sampai air
mendidih, kemudian ditambahkan garam, gula dan santan encer. Keong
kemudian dimasak selama 2-3 jam. Setelah itu kraca yang khas, lezat
dengan tekstur lunak siap untuk disajikan.
Prospek pengolahan kraca pada skala industri
Produk-produk khas seperti kraca ini perlu dipopulerkan ke daerah lain
sehingga anda yang berada di luar Purwokerto dapat menikmatinya, tidak
saja pada bulan puasa tetapi juga pada bulan-bulan lain. Pengenalan
kraca ke daerah lain ini tidak mudah dilakukan karena kraca tidak dapat
disimpan dalam waktu lama. Kraca merupakan makanan dengan kadar air
tinggi, sedangkan air merupakan media tumbuhnya mikroorganisme pembusuk.
Kadar air yang tinggi mengakibatkan cepat terjadinya penurunan kualitas
kraca. Hal ini merupakan kendala apabila kraca akan dibawa ke luar kota
atau luar daerah. Bahan makanan dengan sifat seperti kraca memerlukan
teknik pengolahan khusus sehingga dapat dipertahankan kualitasnya pada
waktu yang lama.
Ada dua metode pengolahan yang mungkin dilakukan pada kraca agar
mempunyai umur simpan lebih lama, yaitu pengalengan dan pengolahan
menggunakan kadar garam tinggi. Penggunaan kadar garam tinggi pada
pengolahan kraca tidak bisa direkomendasikan karena dapat mengakibatkan
perubahan cita rasa menjadi lebih asin. Teknologi pengolahan yang dapat
diterapkan pada pengolahan kraca agar lebih tahan lama disimpan adalah
dengan cara pengalengan. Pengalengan merupakan metode utama pengawetan
makanan dan menjadi dasar destruksi mikroorganisme oleh panas dan
mencegah rekontaminasi. Panas merupakan agensia umum yang digunakan
untuk membunuh mikroorganisme. Penghilangan oksigen digunakan bersama
dengan metode lain untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme yang
memerlukan oksigen.
Sterilisasi merupakan tahap paling penting pada proses pengalengan.
Keong, seperti halnya produk hewani yang lain memerlukan proses
sterilisasi dengan menggunakan tekanan tinggi untuk mencegah kerusakan
tekstur dan mempertahankan nutrisi pada bahan. Sebagaimana proses
pengalengan yang lain, pada pengalengan keong juga memerlukan larutan
pengisi yang berfungsi mempercepat transfer panas, mencegah korosi
karena akumulasi O2, menambah rasa dan flavor, serta mengatur head
space. Pengalengan kraca menggunakan air yang telah ditambah bumbu-bumbu
khas kraca sebagai larutan pengisi sehingga ciri khas kraca dapat
dipertahankan.
Teknologi pengalengan makanan ini juga memungkinkan untuk
mengembangkan kraca ke skala yang lebih besar, terutama skala industri.
Produk industrialisasi keong sudah popular di pasar Internasional,
terutama di Eropa dan Amerika. Konsumsi produk-produk keong
internasional mencapai 400.000 ton, yang setara dengan 2 juta keong
segar. Sampai saat ini, belum banyak industri pangan di Indonesia yang
melakukan proses pengalengan keong sehingga peluangnya masih terbuka
untuk dikembangkan. Anda berminat?