Warna adalah bahasa universal visual yang paling umum dihadapi sehari-hari. Manusia selalu terpesona oleh warna. Didalam disain, warna memiliki daya tarik, menciptakan suasana (romantis), menciptakan suasana hati (dinamis), dan membangun/menciptakan citra (ceria, akrab, ramah lingkungan, berwibawa, berkelas, nyaman).
Secara psikologis, warna memang mempengaruhi kita. Efek psikologisnya sering jauh lebih dahsyat daripada pengalaman visual kita. Warna tertentu memiliki efek psikologi tertentu pula. Warna-warna tertentu dapat merangsang kita, menciptakan gairah, atau sebaliknya membuat kita depresi dan melemahkan kita. Warna tertentu malah membuat kita lapar. Efek ini dikenal dengan chromodynamics.
Kultur bisa sangat berbeda antara negara. Arti warna juga memberikan pengertian yang berbeda antara satu kultur ke kultur yang lain. Hal yang mudah tampak misalnya warna suci untuk Judeo-Christian West adalah merah-biru-putih-emas akan sangat berbeda dengan Budha yang kuning atau Islam yang hijau.
Pengetahuan tentang kultur juga menjadi penting, karena ada warna tertentu yang dianggap tabu. Ungu, misalnya, merupakan warna bangsawan, karena memberi kesan mewah, kaya, dan canggih. Ungu juga sangat feminin dan romantik. Tapi, karena di alam nyata ungu adalah warna yang cukup jarang, ungu sering dianggap artifisial. Dalam beberapa kultur, ungu juga kurang disukai karena merupakan warna berkabung.
Orang dari kultur yang berbeda seringkali memberikan respon yang berbeda terhadap suatu warna. Sebagai contoh, Amerika Serikat menghindari penggunaan warna hijau untuk promosi ke investor dari Perancis. Walaupun warna hijau banyak digunakan pada logo bank di Amerika Serikat karena berarti keamanan/keepercayaan, tapi warna hijau di Perancis berarti kejahatan. Beberapa warna juga memiliki arti tersendiri bagi suku-suku di
Grafik Color-Culture yang dikembangkan Boor mencoba menjelaskan arti warna untuk beberapa negara. Grafik Color-Culture dapat dilihat pada Tabel 1. Dari sini jelas terlihat bahwa pengembangan warna untuk keperluan disain kemasan perlu mempertimbangkan aspek psikologis warna tersebut terhadap segmen pasar yang dituju.
Tabel 1. Grafik Color-Culture: Arti Warna Pada Sebuah Negara
Warna | Negara | ||||
Cina | Jepang | Mesir | Perancis | Amerika | |
Merah | Kebahagia-an | Kemarahan Bahaya | Kematian | Kebangsa-wanan | Bahaya Stop |
Biru | Surga | Kejahatan | Kebaikan | Kebebasan | Maskulin |
| | | Keberanian | Kedamaian | |
| | | Kebenaran | | |
Hijau | Ming, | Masa Depan | Kesuburan | Kriminal | Keamanan |
| Surga | Muda | Kekuatan | | Jalan |
| | Energi | | | |
Kuning | Kelahiran, | Keanggunan | Kebahagiaan | Sementara | Sementara |
| Kesehatan, Kekuatan | Kebangsa-wanan | Harapan | | Ketakutan |
Putih | Kematian | Kematian | Kesenangan | Netral | Kemurnian |
| Kemurnian | | | | |
Pemahaman termasuk selera (taste) terhadap suatu produk, pada umumnya dipengaruhi oleh pengalaman keseharian dan kultur yang berkembang ditengah komunitasnya. Menurut President Asosiasi Desainer Produk Indonesia (ADPI) Mizan Allan de Neve dalam Republika Online (2005), bukan hal aneh jika masya-rakat
Daftar Pustaka
Republika Online. 2005. Desain Televisi: Evolusi atau Revolusi (Sabtu, 4 Juni 2005). http://www.republika.co.id. Diakses 29 Desember 2007.
Wicaksana, I.W.S dan I.M. Wiryana. 2005. Pengembangan Aplikasi Komputer Berbasiskan Kultur Lokal. Universitas Gunadarma. Jakarta.