BOGOR - Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Tenologi Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) mensosialisasikan formulasi mie basah dengan tambahan pangan yang aman dikonsumsi, dan Formulasi mie basah hasil penelitian Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan mempunyai komposisi 25 kg terigu, 8.5 kg air, 0.075 % (25 gram) Ca-propianat, 2.5% Na-Asetat (35 gram), 0.025 % (8.5 gram) Paraben. Formulasi ini aman untuk dikonsumsi dan memiliki daya awet 2 hari.
Hal hal tersebut diungkapkan Staf Pengajar ITP Dr.Ratih Dewanti Hariyadi dalam Workkshop yang membahas keamanan Pangan Mie Basah mencari jalan keluar dari masalah formalin dan boraks. “Daya keawetan mie basah ini sesuai dengan permintaan produsen mie yang menginginkan lamanya waktu simpan 2 hari saja. Normalnya, mie basah hanya bisa bertahan 16 jam,” ujarnya.
Penggunaan formalin berdasarkan hasil kajian Institut Teknologi Pangan (ITP), sapat merusak mutu produk mie basah. dalam proses pembuatan mie basah jumlah mikroba yang tumbuh sudah melebihi ambang batas kesehatan dan Standar Nasional Indonesia (SNI) yakni satu juta mikroba. ”Sedangkan jumlah mikroba dalam mie basah sering dijumpai sudah lebih dari 10 juta, ”katanya.
Pertumbuhan mikroba seperti kapang, kamir, kapang, bakteri dan virus yang tinggi menyebabkan pangan cepat rusak dan busuk. ”Yang menjadi akar persoalan penggunaan formalin dan boraks dalam proses pembuatan makanan khususnya mie basah saat ini bukanlah menemukan pengawet yang aman. Namun membenahi kondisi sanitasi proses produksi, peralatan produksi, perilaku pekerja dan distribusi pangan,” ungkapnya
Workshop yang dihadiri pengusaha mie basah, perwakilan BPOM se-Indonesia, kalangan industri dan lemabaga pemerintahan dihadiri Departemen ITP IPB dengan PT ISM Bogasari Flour Milss, Australian Wheat Board (AWB) dan Jejaring Intelijen Pangan-BPOM RI
Ketua Panitia Wokrkshop, Dr. Dahrul Syah mengungkapkan IPB berupaya melakukan upaya pendekatan-pendekatan teknologi pangan yang tersedia mulai dari praktek-pratek sanitasi dan hygiene yang sederhana, penerapan tatacara produksi yang baik, penggunaan bahan tambahan pangan legal hingga stategi pengembangan bisnis yang selaras dengan prinsip keamanan pangan.
Sementara Deputi 3 Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya-BPOM RI, Prof.Dr.Ir. Dedi Fardiaz dalam keynotespeechnya mengutarakan bahwa upaya pembongkaran makanan berformalin, boraks dan pewarna tekstil itu sudah dilakukan BPOM sejak lama. Namun boomingnya baru sekarang. ”Program BPOM yang akan ditingkatkan akan meliputi 4 poin yakni pengaturan tata niaga bahan berbahaya, pembinaan (public education), pengawasan dan penyelamatan UKM,” tegasnya. (diek/humas IPB).
Kegiatan:
Workshop Keamanan Pangan Mie Basah : Mencari Jalan Keluar dari Masalah Formalin dan Boraks; Selasa, 24 Januari 2006 di Kampus IPB Gunung Gede.
Workshop Keamanan Pangan Mie Basah : Mencari Jalan Keluar dari Masalah Formalin dan Boraks; Selasa, 24 Januari 2006 di Kampus IPB Gunung Gede.