Total Pageviews

Thursday, March 5, 2009

Resistensi Salmonella Selama Proses Pengeringan

Hiramatsu et al (2005) telah mempelajari kemampuan 18 strain Salmonella untuk bertahan hidup selama proses pengeringan dengan menggunakan sistim model (cakram kertas) yang dikeringkan. Penelitian dilakukan dengan mengeringkan Salmonella (diencerkan dalam larutan garam fisiologis) yang diinokulasikan pada cakram kertas (1.0E+7 koloni/cakram) selama 24 jam pada suhu 35°C. Didapatkan hasil bahwa 1.0E+3 – 1.0E+4 koloni/cakram dari sebagian besar strain Salmonella (14/18) yang diujikan dapat bertahan hidup selama proses pengeringan, kecuali Salmonella enterica serovar Typhi (4/4) yang memiliki ketahanan hidup yang rendah (jumlah koloni yang bertahan hidup kurang dari 1.0E+2 koloni/cakram).

Ketahanan bakteri Salmonella terhadap proses pengeringan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Dari penelitian ini diketahui, 5 strain Salmonella yang diuji (termasuk Salmonella enterica serovar Typhimurium) dapat mentolerir kondisi pH 4.0–9.0 selama proses pengeringan. Dari 1.0E+7 koloni/cakram yang dikeringkan, 1.0E+3–1.0E+4 koloni/cakram membentuk bakteri kering (mampu bertahan hidup setelah proses pengeringan). Resistensi Salmonella terhadap pengeringan menurun tajam jika pH lingkungan diturunkan menjadi 3.0 (jumlah bakteri kering <1.0E+2)

Elvira Syamsir, dirangkum dari:
Hiramatsu, R., M. Matsumoto, K. Sakae and Y. Miyazaki. 2005. Ability of shiga toxin-producing Escherichia coli and Salmonella spp. to survive in a desiccation model system and in dry foods. Applied and Environmental Microbiology, Vol 71, No 11 (6657-6663)