Pages

Thursday, March 7, 2013

Keracunan Histamin dari Ikan

Elvira Syamsir
Artikel dimuat dalam Kulinologi Indonesia, edisi Maret 2013

Setelah anda mengkonsumsi ikan, beberapa menit atau beberapa jam sesudahnya pernahkah anda merasakan satu atau beberapa gejala seperti ini: kulit menjadi gatal, mengalami peradangan lokal dan timbul ruam? Merasa mual, kadang diikuti dengan muntah atau diare? Atau kepala menjadi sakit dan jantung berdebar?  Gejala-gejala ini biasanya sembuh dalam waktu setengah hari.  Jika jawabannya ya, maka berarti anda mengalami keracunan histamin.  Apa itu histamin, bagaimana histamin terbentuk dan bagaimana upaya pencegahannya akan dibahas dalam artikel ini.

Keracunan histamin

Keracunan histamin disebabkan oleh meningkatnya kadar histamin di dalam ikan yang dikonsumsi.  Keberadaan histamin atau scombrotoxin tidak bisa dideteksi secara sensorik karena tidak berbau & tidak berwarna.

Histamin tidak membahayakan jika dikonsumsi dalam jumlah yang rendah, yaitu 8 mg/100 gr ikan.  Gejala keracunan akan terjadi jika kita mengkonsumsi ikan dengan kandungan histamin tinggi (lebih dari 70 mg/100 gr ikan).

Rasa mual dengan atau tanpa muntah/diare, rasa terbakar pada tenggorokan, bibir bengkak, sakit kepala, muka dan leher kemerah-merahan, kulit gatal dan badan lemas adalah gejala yang timbul akibat keracunan histamin.  Keracunan histamin bukan alergi.  Tetapi karena gejalanya mirip, orang sering keliru membedakan antara keracunan histamin dengan alergi. Walau sampai saat ini belum pernah dilaporkan adanya kematian akibat keracunan histamin, efek yang ditimbulkannya tidak bisa dianggap sepele.


Penyebab Keracunan Histamin

Secara alami, keracunan histamin biasanya terjadi ketika mengkonsumsi ikan dari famili Scombridae dan Scomberesocidae (scomroid fish).  Karena itu, keracunan histamin sering juga disebut dengan keracunan karena scombrotoxin.  Keracunan histamin juga bisa terjadi ketika mengkonsumsi ikan pelagik dengan kadar daging merah yang tinggi.  Beberapa contoh ikan yang sering menjadi penyebab keracunan histamin adalah ikan tuna, sardine, mackerel, swordfish dan marlin. Pada cumi-cumi, udang dan kerang, histamin dijumpai dalam jumlah rendah (Gambar 1).

Ikan penyebab keracunan histamin biasanya mengandung histidin bebas dalam jumlah tinggi.  (kadar histidin bebas lebih dari 1%). Perubahan dari histidin menjadi histamin, disebabkan oleh aktivitas enzim histidine decarboxylase (HD) dari bakteri yang mengkontaminasi ikan.  Margonella sp, Proteus sp, Klebsiella sp dan Hapnia sp adalah contoh bakteri yang memiliki enzim HD.  Cumi-cumi, udang dan kerang hanya mengandung sedikit histidin bebas.  Hal ini menjelaskan mengapa kadar histamin didalam seafood ini rendah.



Gambar 1.  Kandungan histamin di dalam beberapa jenis seafood

Tergantung kondisi suhu serta higiene dan sanitasi lingkungan selama penyimpanan dan penanganan ikan,  maka dekomposisi histidin menjadi histamin bisa jadi berlangsung ketika kondisi ikan masih terlihat ‘baik’.   Seperti halnya pertumbuhan bakteri, proses konversi histidin menjadi histamin juga berlangsung cepat pada suhu ruang, dengan suhu optimum 35°C.  Kondisi lingkungan penyimpanan dan penanganan ikan yang tidak memenuhi persyaratan higiene dan sanitasi juga akan mempercepat dekomposisi histidin menjadi histamin.   Pada Gambar 2 dapat dilihat perubahan kandungan histamin pada ikan yellowfin tuna selama penyimpanan.

Penting juga untuk diperhatikan, histamin bersifat stabil selama pemanasan dan pembekuan.  Sehingga, jika ikan yang mengandung histamin dalam jumlah tinggi diolah lebih lanjut menjadi produk olahan ikan baik itu dalam bentuk ikan beku, ikan yang telah dimasak, dikuring atau dikalengkan maka produk akhir yang dihasilkan akan tetap mengandung histamin dalam jumlah tinggi. Karena itu tidak mengherankan jika keracunan histamin bisa tetap terjadi padahal ikan telah dimasak dengan sempurna.


Gambar 2.  Perubahan kadar histamin selama penyimpanan yellowfin tuna

Mengendalikan Histamin

Histamin tidak bisa dirusak oleh pemasakan. Oleh karena itu, untuk mencegah keracunan histamin maka kadar histamin ikan harus dijaga agar tetap rendah.  Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mempertahankan histamin ikan tetap rendah adalah:

  • Jika membeli ikan, pastikan ikan tersebut disimpan dalam kondisi dingin.  Pilih hanya ikan yang bermutu baik.  Ikan bermutu baik biasanya memiliki kadar histamin rendah (kurang dari 3.83 mg/100 gr)
  • Ikan yang diterima/dibeli segera disimpan pada suhu rendah (4°C) sampai saat akan digunakan.  Jika akan disimpan untuk waktu lama, simpan di dalam freezer (suhu beku).
  • Lakukan thawing ikan beku di dalam refrigerator.
  • Terapkan praktek higiene sanitasi yang baik selama menyimpan dan menangani ikan. Praktek ini akan meminimalkan aktivitas mikroba termasuk dalam mendegradasi histidin menjadi histamin.