Elvira Syamsir, 2007
Medium-chain fatty acids (MCFA, jumlah C 6-12) merupakan penyusun dari medium-chain triglyceride (MCT). Nilai energi dari MCT sekitar 7-9 kal/gram, dan proses metabolismenya berbeda dengan long-chain triglycerides (LCT). Dalam saluran pencernaan, MCT terhidrolisis sempurna menjadi MCFA dan sejumlah kecil monogliserida, dengan hanya membutuhkan sedikit lipase pancreas atau asam empedu. MCFA yang diabsorbsi kedalam sel-sel intestinal mukosa, tidak di resintesa menjad trigliserida dan tidak membutuhkan chylomicron untuk proses absorpsi dan transportasinya. MCFA tidak masuk kedalam sistim lymphatic dan langsung dibawa ke hati (liver) oleh vena portal. Akibatnya, MCFA relatif tidak disimpan dalam jaringan adiposa, menurunkan katabolisme protein dalam kondisi hyper-catabolic, meningkatkan fungsi tiroid dan tidak membentuk ester dengan kolesterol. Didalam liver, mereka dimetabolisme untuk menghasilkan karbondioksida, keton dan asetat. MCFA tidak membutuhkan sistim transport karnitin untuk bisa masuk ke dalam mitokondria, dimana mereka selanjutnya mengalami proses oksidasi. Oksidasi MCFA untuk menghasilkan energi berlangsung cepat dan sempurna sehingga bisa digunakan sebagai sumber energi dan dilaporkan memiliki perilaku lebih mirip glukosa daripada lemak (St-Onge, 2005).
Dengan karakteristik metabolisme MCFA seperti diatas, maka asam lemak rantai menengah ini bermanfaat untuk proses penyembuhan (Pimentel, 2005; St-Onge, 2005; Deckere dan Verschuren, 2000 dan Kabara, 1978) sebagai berikut:
Medium-chain fatty acids (MCFA, jumlah C 6-12) merupakan penyusun dari medium-chain triglyceride (MCT). Nilai energi dari MCT sekitar 7-9 kal/gram, dan proses metabolismenya berbeda dengan long-chain triglycerides (LCT). Dalam saluran pencernaan, MCT terhidrolisis sempurna menjadi MCFA dan sejumlah kecil monogliserida, dengan hanya membutuhkan sedikit lipase pancreas atau asam empedu. MCFA yang diabsorbsi kedalam sel-sel intestinal mukosa, tidak di resintesa menjad trigliserida dan tidak membutuhkan chylomicron untuk proses absorpsi dan transportasinya. MCFA tidak masuk kedalam sistim lymphatic dan langsung dibawa ke hati (liver) oleh vena portal. Akibatnya, MCFA relatif tidak disimpan dalam jaringan adiposa, menurunkan katabolisme protein dalam kondisi hyper-catabolic, meningkatkan fungsi tiroid dan tidak membentuk ester dengan kolesterol. Didalam liver, mereka dimetabolisme untuk menghasilkan karbondioksida, keton dan asetat. MCFA tidak membutuhkan sistim transport karnitin untuk bisa masuk ke dalam mitokondria, dimana mereka selanjutnya mengalami proses oksidasi. Oksidasi MCFA untuk menghasilkan energi berlangsung cepat dan sempurna sehingga bisa digunakan sebagai sumber energi dan dilaporkan memiliki perilaku lebih mirip glukosa daripada lemak (St-Onge, 2005).
Dengan karakteristik metabolisme MCFA seperti diatas, maka asam lemak rantai menengah ini bermanfaat untuk proses penyembuhan (Pimentel, 2005; St-Onge, 2005; Deckere dan Verschuren, 2000 dan Kabara, 1978) sebagai berikut:
- MCT digunakan sebagai sumber lemak pada pasien atau orang yang sedang dalam masa penyembuhan. MCT bisa digunakan untuk menambah kalori di dalam formula atau diet pada penderita sindrom malabsorpsi dan orang-orang dengan kebutuhan energi tinggi dalam waktu singkat (misalnya atlit, orang sakit atau orang dalam masa penyembuhan dan anak-anak) karena hanya membutuhkan sedikit lipase pankreas dan asam empedu untuk pencernaannya.
- Proses metabolisme yang relatif sederhana menyebabkan MCFA dapat digunakan pada pasien yang mengalami gangguan penyerapan lemak (lipid disorder – ketidakmampuan menyerap TG rantai panjang) untuk mengatasi malabsorpsi lemak.
- Penghasilan energi yang cepat tanpa pemecahan glukosa menyebabkan konsumsi MCFA sangat bermanfaat bagi penderita diabetes karena dapat berfungsi sebagai kontrol glikemiks.
- MCFA digunakan dalam program penurunan berat badan pada penderita obesitas, disebabkan oleh kandungan energinya yang lebih rendah dan menghasilkan efek termogenik yang lebih besar jika dibandingkan dengan Long Chain Fatty Acid (LCFA). Selain itu, intake MCT akan memproduksi beta-hidroksi butirat yang menekan intake pangan (Furase et al, 1997 di dalam Pimentel, 2005). MCT menekan intake pangan dengan mekanisme post-absorptive. Waktu transit MCFA di dalam usus halus relative singkat sehingga cepat memberikan rasa kenyang dan akan menekan nafsu makan jika dikonsumsi sebelum waktu makan (Wymelbeke et al, 1998 dan Ledeboer et al. 1995 di dalam Pimentel, 2005).
- Jika dibandingkan dengan LCFA, MCFA tidak meningkatkan kadar kolesterol total dan trigliserida plasma darah sehingga dapat digunakan sebagai sumber lemak pada penderita penyakit kardiovaskuler.
- Mono-gliserida dari asam kaprilat dan asam kaprat berfungsi sebagai pelarut kolesterol dalam treatment untuk pasien yang memiliki kolesterol dalam kantung empedunya (Babayan, 1981).
- Penambahan MCT ke dalam susu formula bayi prematur. Oksidasi MCFA selama proses metabolismenya diperlukan untuk sintesis asam lemak jenuh de novo.
- Sifat anti mikroba terhadap beberapa patogen seperti Listeria monocytogenes, Staphylococcus aureus, Streptococcus agalactiae, Streptococcus grup A,F dan G menyebabkan MCFA bermanfaat untuk meningkatkan sistim imunitas tubuh terhadap serangan mikobial.
- Pada atlit atau orang yang kelelahan, konsumsi MCT akan mengurangi pemecahan jaringan otot melalui pembentukan keton body yang dibutuhkan untuk menghasilkan energi di dalam otot. Selain itu, MCT juga meningkatkan absorpsi asam amino yang merupakan faktor kritis untuk perbaikan jaringan otot. MCFA juga meningkatkan penyerapan kalsium dan magnesium, mineral yang dibutuhkan untuk metabolisme karbohidrat dan asam amino (siklus krebs), dan untuk meningkatkan energi dan ketahanan otot terhadap kontraksi.
- Mengatasi masalah malabsorpsi vitamin larut lemak. Kemampuan MCFA untuk melarutkan vitamin larut lemak akan meningkatkan absorbsi (penyerapan) vitamin larut lemak, misalnya tokoferol (vitamin E) sehingga bioavailibilitas vitamin ini meningkat (Gallo-Tores et al, 1978).