Pages

Monday, August 11, 2008

Teratogenik

Oleh: Elvira Syamsir

Teratogenik (teratogenesis) adalah istilah medis yang berasal dari bahasa Yunani yang berarti membuat monster. Dalam istilah medis, teratogenik berarti terjadinya perkembangan tidak normal dari sel selama kehamilan yang menyebabkan kerusakan pada embrio sehingga pembentukan organ-organ berlangsung tidak sempurna (terjadi cacat lahir). Di dalam Keputusan Menteri Pertanian nomor 434.1 (2001), teratogenik adalah sifat bahan kimia yang dapat menghasilkan kecacatan tubuh pada kelahiran.

Cacat lahir diketahui terjadi pada 3 – 5% dari semua kelahiran. Kondisi ini menjadi penyebab dari 20% kasus kematian bayi di Amerika Serikat. Sekitar 65% dari kasus cacat lahir tidak diketahui penyebabnya.

Pada awalnya diyakini bahwa embrio mamalia berkembang di dalam uterus induk yang sifatnya kedap air, dan terlindung dari semua factor ekstrinsik. Tetapi, setelah bencana thalidomide pada 1960-an, diketahui bahwa perkembang-an embrio bisa menjadi sangat rentan terhadap beberapa faktor lingkungan tertentu yang tidak bersifat toksik pada orang dewasa.

Dengan adanya kesadaran baru mengenai rentannya embrio mamalia terhadap serangan lingkungan eksternal selama di dalam uterus, berkembang enam prinsip teratology yang dikembangkan oleh Jim Wilson pada tahun 1959. Prinsip ini menjadi pemandu studi dan pemahaman dari senyawa teratogenik dan efeknya terhadap perkembangan organisme.

  • Sifat rentan terhadap teratogenesis tergantung pada genotip dari conceptus dan caranya berinteraksi dengan faktor-faktor lingkungan yang bersifat merugikan.
  • Ketahanan terhadap teratogenesis bervariasi dengan tahap perkembangan embrio pada saat kontak dengan faktor yang bersifat merugikan. Disini ada periode kritis yang sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan.
  • Komponen teratogenik bekerja secara spesifik pada perkembangan sel dan jaringan untuk menginisiasi sekuen dari perkembangan abnormal.
  • Jalan masuk dari komponen terhadap perkembangan jaringan tergantung pada kondisi komponen itu sendiri. Beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan suatu teratogen untuk kontak dengan conceptus yang sedang tumbuh antara lain sifat dari komponen itu sendiri, jalur dan tingkat kontak dengan induk, sistim absorpsi dan kecepatan transfer plasenta, dan komposisi genotip dari induk dan embrio/janin.
  • Manifestasi dari penyimpangan perkembangan ada empat yaitu kematian, malformasi, keterlambatan pertumbuhan dan cacat fungsional. Penyimpangan perkembangan ini akan meningkat dengan meningkatnya frekuensi dan dosis dari level yang tidak menunjukkan efek negative yang terlihat (No Observable Adverse Effect Level -NOAEL) sampai dengan dosis yang memberikan letalitas 100% (LD100).

Ada sejumlah bahan yang/diduga bersifat teratogenik pada manusia dan hewan, antara lain:

  • Radiasi ion (senjata atom, radioidine, dan terapi radiasi).
  • Infeksi cytomegalovirus, virus herpes, parvovirus B-19, virus rubella, syphilis dan toksoplasmosis.
  • Ketidakseimbangan metabolisme, misalnya karena konsumsi alkohol selama kehamilan, kretinisme endemic, diabetes, defisiensi asam folat, hipertermia, fenilketonuria, reumatik dan penyakit jantung bawaan.
  • Komponen kimia obat dan lingkungan seperti 13-cis-retinoic acid, isotretionin (accutane), aminopterin, hormone androgenic, busulfan, kaptoril, enalapril, dan sebagainya.

Kontak dengan komponen teratogenik bisa menyebabkan abnormalitas struktural yang sangat beragam pada janin, seperti bibir sumbing, langit-langit mulut belah, dysmelia, anencephaly dan penyimpangan pada ventricular septal.